JAKRTA, KOMPAS.com - Vendor smartphone asal China, Vivo mulai menjejakkan kakinya di Indonesia pada tahun 2014 lalu. Kala itu Vivo merilis sejumlah ponsel premium, seperti Vivo Xplay 3S, Xshot, hingga X3S.
Pada November lalu, lembaga riset pasar IDC menobatkan Vivo sebagai vendor ponsel pintar dengan jumlah pengapalan terbesar kedua di Indonesia selama kuartal tiga (Q3) 2019.
Pada riset itu disebutkan bahwa Vivo berhasil meraih pangsa pasar 22,8 persen, tepat di bawah Oppo dengan market share 26,2 persen.
Namun di balik pencapaian tersebut ada cerita unik yang dialami Vivo.
Kala itu, ketika pertama kali Vivo masuk ke Indonesia, Vivo mengaku belum mendapatkan respon baik dari masyarakat terkait produk yang diluncurkannya.
Bahkan, tak sedikit konsumen yang masih menganggap bahwa Vivo itu merek power bank, bukan smartphone.
"Banyak teman-teman yang datang ke kantor dan berbincang mengenai Vivo dan lain-lain, mereka bertanya, ini berapa mAh produknya? Saya bingung, ini kan smartphone," ujar Digital & PR Director Vivo Indonesia, Fachryansyah Farandy di acara Year End Gathering yang digelar Vivo di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (27/12/2019).
Fachry melanjutkan, selama satu setengah tahun pertama itulah pihaknya berusaha menjelaskan bahwa Vivo adalah smartphone, bukan power bank karena agak mirip dengan merek berinisial V lainnya.
Fachry juga menuturkan bahwa kala itu Vivo masih dipandang sebelah mata karena sejatinya merupakan sebuah merek ponsel asal China yang dianggap berani menjual produknya di Tanah Air dengan kisaran harga selangit, yakni Rp 6-7 juta.
Baca juga: Vivo X30 Meluncur, Pertama dengan Chip Exynos 980
Menyadari produknya sulit diterima konsumen, pada 2016 Vivo memutar otak dan mulai mengubah strategi mereka untuk fokus pada segmen kelas menengah lewat peluncuran ponsel V-series pertama di Indonesia, Vivo V5.
"Kami punya strategi baru untuk bermain di mid-segment, oleh karena itu kami meluncurkan ponsel pertama kami, V5 dan itu menjadi milestone Vivo untuk memasuki pasar di Indonesia dan memulai penetrasi market share," jelas Fachry.
Baca juga: Alasan Vivo Tingkatkan Produksi Smartphone di Indonesia
Soal market share, kini Vivo mengklaim pihaknya sudah menjadi merek smartphone ke-2 jika mengacu pada laporan yang dirilis oleh firma riset IDC terkait merek ponsel teratas di Indonesia pada kuartal III (Q3) 2019.
Menurut Fachry, kesuksesan ini diraih berkat aneka produk Vivo yang semakin memikat hati konsumen, terutama beragam seri teranyar, seperti S-series dan Z-series, yang baru diboyong ke Indonesia di tahun ini.
Teknologi - Terkini - Google Berita
December 29, 2019 at 10:58AM
https://ift.tt/2tfoOMA
Kisah Vivo di Indonesia yang Sempat Dianggap Merek Power Bank - Kompas.com - KOMPAS.com
Teknologi - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/2ZG5aJj
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Vivo di Indonesia yang Sempat Dianggap Merek Power Bank - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment